Cita-Citaku
Nama Tokoh
|
Peranan &
Watak/Sifat Tokoh
|
Nama Tokoh
Pemeran
|
Fatimah
(Sahabat Aisyah)
|
Gampang penasaran, baik, suka menolong, rajin, Sholihah,
berbakti kepada kedua orang tua.
|
|
Aisyah
(Sahabat Fatimah)
|
Rajin belajar, baik, Sholihah, rajin belajar, berbakti
kepada kedua orang tua.
|
|
Ummu Fatimah
|
Murah senyum, rendah hati, pandai memasak, lucu, suka
bercanda.
|
|
Ummu Aisyah
|
Seorang Hafidzoh Qur’an yang berakhlaq mulia (pastinya),
baik, rajin mengaji, dan yang pasti pandai memasak juga.
|
|
Bu Maryam
|
Seorang guru di sekolahnya Fatimah dan Aisyah, lucu, suka
bercanda, sholihah, dan rajin.
|
|
Sarah
|
Teman rumah Fatimah yang sangat baik, hafal Juz ‘Amma/Juz
30 (ya, pastinya, dong! Anaknya Ustadz, gitu, lho!).
|
|
Shafa
|
Salah satu teman dekat Aisyah yang suka sekali dengan fashion, baik, suka menolong.
|
|
Syifa
|
Teman dekat Fatimah yang pandaaiiii banget memasak, sopan,
ramah, dan murah senyum.
|
|
Laila
|
Salah satu sahabat Fatimah dan Aisyah yang pintar banget
mengarang cerita, baik, tidak sombong, dan ramah.
|
|
Najwa
|
Penggemar berat Fatimah dan Aisyah saat Aisyah dan Fatimah
sudah mencapai cita-citanya, sabar, pintar, dan ramah.
|
|
Zahra
|
Saudara Fatimah yang terus menyemangati Fatimah untuk
mencapai cita-citanya, semangatnya tinggi, dan murah senyum.
|
|
Kak Nanda
|
Juri saat Fatimah dan Aisyah mengikuti lomba Hafidzoh
Cilik.
|
|
Lathifah
|
Salah satu sahabat Aisyah yang bercita-cita menjadi
seorang dokter, baik, pantang menyerah, dan ramah.
|
|
Teks Drama
Di
pagi yang cerah, sekelompok sahabat sedang asyik-asyiknya bercanda tawa di
taman yang indah. Di sana
ada Fatimah, Aisyah, Sarah, Shafa, Syifa, Laila, dan Lathifah.
Shafa: “Kalian sudah mengerjakan
tugas dari Bu Maryam? Yang disuruh menulis karangan tentang cita-cita, lho!”
Semua (kecuali Shafa): “Sudah,
dong!”
Laila: “Kalau kamu, Shafa?”
Shafa: “Sudah, dong!”
Lathifah: “Fatimah, cita-cita kamu
apa?”
Fatimah: “Menjadi Ustadzah!”
Sarah: “Lebih tepatnya Hafidzhoh,
bukan?”
Fatimah: “Yaa, gitu, deh.”
Aisyah: “Waah, berarti, cita-cita
kamu sama kayak cita-citaku, yaa?”
Fatimah: “Wow, kamu juga mau jadi
Ustadzah?”
Aisyah: (Menganggukkan kepala).
“Kalau kamu, Sar?”
Sarah: “Sama kayak kalian.”
Shafa: “Arrgghh. Hmm, kalian
bertiga mau jadi Ustadzah?! Kalaua aku, sih, mau jadi desaigner.
Ahli fashion gitu, lho!”
Syifa: “Kalau aku berbeda sama
kalian! Aku mau jadi chef yang pintar
banget memasak.”
Laila: “Ah, aku juga beda! Aku
pengin jadi penulis terkenal!”
Aisyah: “Kalau kamu, Lathifah?”
Lathifah: “Akuuu, mau jadiii,
Dokter!”
Tiba-tiba,
segumpal awan hitam menyelimuti langit. Itu tandanya, hujan akan seger turun.
Fatimah: “Ayo, kita pulang!
Sepertinya, hujan akan turun!”
Syifa: “Iya! Sampai bertemu besok!”
Semua (kecuali Syifa): “Iya.”
Mereka
pun segera berlari meninggalkan taman, menuju rumah masing-masing. Dan benar
saja! Saat mereka sudah sampai di rumah, hujan pun turun sangat deras. Keesokan
harinya, saat di tempat Liqo mereka ….
Bu Maryam: “Assalamu ‘alaikum?”
Murid-Murid Liqo: “Wa
‘alaikumussalam, Bu.”
Bu Maryam: “Apa kalian sudah
mengerjakan tugas yang Ibu berikan? Tentang cita-cita?”
Murid-Murid Liqo: “Sudah, Buu.”
Bu Maryam: “Nah, kalau kalian sudah
semua, Ibu mau tanya sama kalian. Apa cita-cita kalian?”
Fatimah: “Saya mau jadi Ustadzah,
Buu.”
Aisyah: “Saya juga mau jadi
Ustadzah!”
Sarah: “Saya juga, Buu.”
Bu Maryam: “Yang lain mau jadi
apa?”
Laila: “Saya mau jadi penulis
terkenal!”
Shafa: “Kalau saya mau jadi desaigner, Bu!”
Syifa: “Aku mau jadi chef!”
Lathifah: “Aku mau jadi dokter,
Bu!”
Bu Maryam: “Yaa, cita-cita kalian
semua sangat bagus! Kalau kalian ingin mencapai cita-cita itu, kalian harus
belajar dengan sungguh-sungguh. Dan tidak lupa, kalian harus berbakti kepada
kedua orang tua kalian.”
Murid-Murid Liqo: “Baik, Bu.”
Setelah pulang
Liqo …. Di rumah Fatimah ….
Fatimah: “Ummi, Fatimah mau jadi
Hafidzoh Qur’an. Apakah Fatimah bisa, Mi?”
Ummu Fatimah: “Kalau
sungguh-sungguh, kamu pasti bisa, Nak!”
Fatimah: “Baiklah, Ummi! Fatimah
akan bersungguh-sungguh! Aku mau menghafal juz ‘amma dulu, ya, Ummi!”
Ummu Fatimah: “Iya. Ummi gorengin
bakwan, ya! Untuk camilan kamu.”
Fatimah: “Iya, Ummi.”
(Ummi pun pergi ke dapur, untuk
menggoreng bakwan. Selang beberapa menit kemudian, bakwan pun matang. Ummi
menghampiri Fatimah dengan membawa sepiring bakwan).
Ummu Fatimah: “Ini, makan bakwan
dulu, Fatimah. Bakwannya sudah matang, nih!”
Fatimah: “Iya, terima kasih, Ummi!”
Ummu Fatimah: “Sama-sama.”
Di rumah Aisyah ….
Aisyah: “Ummi, Aisyah juga mau,
dong, jadi Hafidzoh Qur’an seperti Ummi!”
Ummu Aisyah: “Bisa saja, Aisyah.
Kamu harus giat belajar, dan menghafal Qur’an, Aisyah.”
Aisyah: “Oke, deh, Mi! Aisyah akan
giat belajar dan menghafal Qur’an! Tapii, Ummi juga bantuin Aisyah, ya, Mi! Kan, Ummi Hafidzoh
Qur’an ….”
Ummu Aisyah: “Pasti, Aisyah!”
Aisyah: (Tersenyum)
Fatimah
dan Aisyah pun belajar dengan giat. Begitupun dengan teman-temannya. Mereka
pantang menyerah untuk mencapai cita-cita mereka.
Sore
itu, Aisyah dan Fatimah sedang menghafal qur’an bersama di rumah Fatimah.
Aisyah: “Oh iya! Fatimah, kamu mau
ikut lomba Hafidzoh Cilik enggak?”
Fatimah: “Wah, lomba Hafidzoh
Cilik?!”
Aisyah: (Mengangguk). “Ya, kamu mau
ikut, tidak? Lombanya sekitar seminggu lagi. Kalau mau ikut, cukup dengan
syarat; Berumur 8-13 tahun, dan harus hafal juz ‘amma atau juz 30.”
Fatimah: “Wow, sepertinya seru!
Kamu ikut gak?”
Aisyah: “Tentu!”
Fatimah: “Kamu tahu dari mana
berita itu?”
Aisyah: “Aku tahu dari Ummiku.”
Fatimah: “Oooh. Lombanya di mana?”
Aisyah: “Di Aula Hafidzoh Cilik Jakarta.”
Fatimah: “Hmm. Ya! Aku ikut, deh!”
Mereka pun
mengulang-ulang hafalan juz 30, untuk lomba Hafidzoh Qur’an seminggu lagi. Di
rumah Fatimah, Zahra, saudara Fatimah pun menghampiri Fatimah.
Fatimah: (Serius mengulang-ulang
hafalan juz 30).
Zahra: “Fatimah, kamu sedang mengulang
hafalan juz 30, ya? Untuk apa?”
Fatimah: “Untuk lomba Hafidzoh
Qur’an seminggu lagi!”
Zahra: “Ooh, lomba Hafidzoh Qur’an
yang terkenal itu, ya??”
Fatimah: “Maksud kamu? Terkenal
bagaimana?”
Zahra: “Ya, terkenal! Katanya, itu
akan masuk televisi, lho!”
Fatimah: “Wah!”
Zahra: “Iya, katanya, Cuma ada 2
pemenang. Dan masing-masing mendapat 2 paket umroh, dan juga uang tunai!”
Fatimah: “Hei, aku tidak memikirkan
hadiahnya! Tapi, kalau 2 paket umroh, sih, aku mau bangett!! Hihihi.”
Zahra: “Iya, deh, yang pasti, tetap
semangat, ya! Semoga sukses!”
Fatimah: “Ya! Thank you, Zahra!”
Zahra: “You’re welcome, Fatimah!”
Tak
terasa, hari demi hari telah mereka lalui. Dan hari yang ditunggu-tunggu pun
tiba. Ya, hari ini, mereka akan lomba Hafidzoh Qur’an di Aula Hafidzoh Cilik Jakarta. Di Aula Hafidzoh
Cilik Jakarta
….
Aisyah: “Ya Allah, mudahkanlah kami
dalam menjalani lomba Hafidzoh Cilik nanti, ya Allah!” (Sambil mengadahkan
kedua tangannya).
Fatimah: “Amiin.”
Tibalah
saatnya lomba dimulai. Semua peserta duduk di tempat yang telah disediakan.
Aisyah mendapat nomor urut 2, dan Fatimah mendapat nomor urut 3. Setelah
peserta nomor urut satu selesai, tibalah saatnya Aisyah, nomor urut 2.
Kak Nanda: “Ya, selanjutnya, nomor
urut 2!”
Aisyah: (Menaiki panggung).
Kak Nanda: “Oke, Aisyah, tolong
bacakan surah Al-Fiil dengan benar!”
Aisyah: (Membaca surah Al-Fiil
dengan fasih).
Kak Nanda: “Ya, Alhamdulillah!
Bagus sekali, Aisyah!”
Aisyah: (Tersenyum). “Terima
kasih.”
Kak Nanda: “Ya. Ayat dari surah apa
ini? ‘Wahum ‘alaamaa yaf ‘aluu na bil
mukminiina syuhuuud’.”
Aisyah: “Surah Al-Buruuj.”
Kak Nanda: “Ya, bagus sekali!
Sekarang, teruskan bacaan ayat dari salah satu surah ini; ‘Fainna ma ‘al usriyusro’.”
Aisyah: “Inna ma ‘al usriyusroo. Faidzaa farogh tafanshob. Wa ilaa robbika
farghob.”
Kak Nanda: “Yak! Benar! Silakan
turun dari panggung!”
Aisyah: (Turun dari panggung).
“Alhamdulillah! Semangat, ya, Fatimah!”
Fatimah: “Iya.”
Kak Nanda: “Peserta nomor 3,
silakan naik ke panggung!”
Fatimah: (Naik ke panggung).
Kak Nanda: “Bacakan surah
At-Takaatsur dengan benar!”
Fatimah: (Membaca surah
At-Takaatsur).
Kak Nanda: “Excelent! Ayat dari surah apakah ini? ‘Ka annahum yauma yarounahaa lam yal batsuuu illaa ‘asyiyyatan
audhuhaahaa’.”
Fatimah: “Surah An-Naazi’aat.”
Kak Nanda: “Tepat sekali! Teruskan
bacaan ayat ini; ‘Lailatul qodri
khoirummin alfisyahr’.”
Fatimah: “Tanazzalul malaa ikatu warruuhufihaa bi idznirobbihimminkulliamr.
Salaamun hiya hattaa mathla ‘il fajr.”
Kak Nanda: “Oke. Silakan turun dari
panggung!”
Fatimah: (Turun dari panggung, lalu
saling tos dengan Aisyah). “Semoga
kita menang, ya!”
Aisyah: “Iya. Amiiin.”
Setelah
semua peserta lomba tampil, tibalah saat yang ditunggu-tunggu. Ya, pengumuman
pemenang lomba Hafidzoh Cilik.
Kak Nanda: “Ya, langsung saja, saya
umumkan pemenangnya! Jadi, 2 pemenang lomba ini adalah …. Aisyah Thia Azzahra
dan Fatimah Haira!!”
Fatimah dan Aisyah:
“Alhamdulillah!”
Kak Nanda: “Ya, silakan naik ke
panggung!”
(Aisyah dan Fatimah mendapat hadiah
berupa 2 paket umroh dan uang tunai).
10
tahun kemudian …. Cita-cita Aisyah, Fatimah, dan teman-teman mereka pun
terwujud. Aisyah dan Fatimah menjadi seorang artis, tapi yang hafal qur’an!
Lalu, seorang gadis menghampiri Fatimah dan Aisyah yang sedang asyik bercanda
tawa di taman.
Najwa: “Wow, hai, Kak! Apakah
benar, Kakak berdua inii, Kak Fatimah dan Kak Aisyah?”
Fatimah: “Ya, benar! Ada apa?”
Najwa: “Wah, aku penggemar berat
Kakak berdua! Boleh aku minta tanda tangan Kakak berdua?”
Aisyah: “Tentu!”
Aisyah dan Fatimah: (Menandatangani
di suatu kertas).
Najwa: “Terima kasih.”
Fatimah dan Aisyah: “Sama-sama.”
(Najwa pun pergi sambil memandangi
tanda tangan Aisyah dan Fatimah sambil senyum-senyum).
Di
tengah perjalanan, Aisyah dan Fatimah bertemu Bu Maryam yang sudah terlihat
agak tua.
Aisyah: “Assalamu ‘alaikum, Bu
Maryam?”
Bu Maryam: “Wa ‘alaikumussalam.
Siapa, ya, kalian?”
Fatimah: “Ini kami, Buu, Aisyah dan
Fatimah, murid Liqo Ibu yang dulu.”
Bu Maryam: “Oooh, kalian! Waah,
kalian hebat sekali! Sudah jadi artis yang hafal qur’an, ya?”
Aisyah: “Iya, Bu. Alhamdulillah.”
Bu Maryam: “Tetap rendah hati, ya!
Jangan sombong!”
Fatimah dan Aisyah: “Iya, Bu.”
Fatimah: “Kalau gitu, kita duluan,
ya, Bu. Assalamu ‘alaikum.”
Bu Maryam: “Wa ‘alaikumussalam.”
(Aisyah dan Fatimah pun berlalu
dari pandangan Bu Maryam).
Di
tengah perjalanan, mereka bertemu teman-teman kecilnya. Seperti Laila,
Lathifah, Syifa, Shafa, dan Sarah.
Aisyah dan Fatimah: “Assalamu
‘alaikum.”
Semua (kecuali Aisyah dan Fatimah):
“Wa ‘alaikumussalam.”
Laila: “Aisyah, Fatimah! Kalian hebat,
lho! Bisa jadi artis yang hafal qur’an!”
Fatimah: “Kamu juga hebat! Kamu
sudah menerbitkan 20 buku karyamu sendiri!! Selamat, ya, Laila!”
Laila: “Hehehe. Iya, makasih.”
Fatimah: “Sama-sama.”
Aisyah: “Kamu hebat, Sarah! Sudah bisa seperti Abimu! Hafal Qur’an, dan hafal
30 hadits!”
Sarah: “Makasih. Tapi, jangan
memujiku terlalu berlebih. Hehehe. Eh, tapi, Shafa juga hebat, lho! Bisa punya
toko baju sendiri! Dan punya cabang! Shafa jadi bosnya, lho! Hebat Shafa!”
Shafa: “Hehehe. Sarah, tapi kamu
juga jangan memuji aku berlebih seperti itu.”
Sarah: (Nyengir kuda).
Laila: “Syifa, kamu juga hebat!
Sudah berkali-kali aku melihat tayanganmu di tv, lho! Kamu memang Sang Master
Chef, ya!”
Syifa: “Hehehe. Makasih. Tapi,
Lathifah juga hebat! Dia menjadi dokter di rumah sakit terkenal!”
Lathifah: (Tersenyum malu-malu).
“Menurutku, kita semua hebat, kok! Kita semua berhasil meraih cita-cita yang
kita impikan selama ini. Dan, itu juga berkat kerja keras kita sekarang ini!”
Syifa: “Ya, seperti pepatah,
‘Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian! Bersakit-sakit dahulu,
bersenang-senang kemudian!”
Semua: “Yeay! Alhamdulillah!”
(Mereka semua pun berpelukan. So sweet, deh!).
Begitulah
akhir dari cerita ini. Akhir yang sangat membahagiakan. Semoga kita bisa
mengambil hikmah dari cerita ini, ya! Wassalamu ‘alaikum …!
Karya: Shofi Nurul 'Izzati