Cari Artikel di Sini

"Welcome to My Blog!"

"Welcome to My Blog!"

Sabtu, 06 Desember 2014

Contoh Drama Islami Berjudul "Cita-Citaku"

Cita-Citaku


     Nama Tokoh
    Peranan & Watak/Sifat Tokoh
     Nama Tokoh Pemeran
       Fatimah
 (Sahabat Aisyah)
Gampang penasaran, baik, suka menolong, rajin, Sholihah, berbakti kepada kedua orang tua.

       Aisyah
  (Sahabat Fatimah)
Rajin belajar, baik, Sholihah, rajin belajar, berbakti kepada kedua orang tua.

  Ummu Fatimah
Murah senyum, rendah hati, pandai memasak, lucu, suka bercanda.

  Ummu Aisyah
Seorang Hafidzoh Qur’an yang berakhlaq mulia (pastinya), baik, rajin mengaji, dan yang pasti pandai memasak juga.

    Bu Maryam
Seorang guru di sekolahnya Fatimah dan Aisyah, lucu, suka bercanda, sholihah, dan rajin.

        Sarah
Teman rumah Fatimah yang sangat baik, hafal Juz ‘Amma/Juz 30 (ya, pastinya, dong! Anaknya Ustadz, gitu, lho!).

        Shafa
Salah satu teman dekat Aisyah yang suka sekali dengan fashion, baik, suka menolong.

         Syifa
Teman dekat Fatimah yang pandaaiiii banget memasak, sopan, ramah, dan murah senyum.

        Laila
Salah satu sahabat Fatimah dan Aisyah yang pintar banget mengarang cerita, baik, tidak sombong, dan ramah.

     Najwa
Penggemar berat Fatimah dan Aisyah saat Aisyah dan Fatimah sudah mencapai cita-citanya, sabar, pintar, dan ramah.

        Zahra
Saudara Fatimah yang terus menyemangati Fatimah untuk mencapai cita-citanya, semangatnya tinggi, dan murah senyum.

     Kak Nanda
Juri saat Fatimah dan Aisyah mengikuti lomba Hafidzoh Cilik.

       Lathifah
Salah satu sahabat Aisyah yang bercita-cita menjadi seorang dokter, baik, pantang menyerah, dan ramah.




Teks Drama

            Di pagi yang cerah, sekelompok sahabat sedang asyik-asyiknya bercanda tawa di taman yang indah. Di sana ada Fatimah, Aisyah, Sarah, Shafa, Syifa, Laila, dan Lathifah.

Shafa: “Kalian sudah mengerjakan tugas dari Bu Maryam? Yang disuruh menulis karangan tentang cita-cita, lho!”
Semua (kecuali Shafa): “Sudah, dong!”
Laila: “Kalau kamu, Shafa?”
Shafa: “Sudah, dong!”
Lathifah: “Fatimah, cita-cita kamu apa?”
Fatimah: “Menjadi Ustadzah!”
Sarah: “Lebih tepatnya Hafidzhoh, bukan?”
Fatimah: “Yaa, gitu, deh.”
Aisyah: “Waah, berarti, cita-cita kamu sama kayak cita-citaku, yaa?”
Fatimah: “Wow, kamu juga mau jadi Ustadzah?”
Aisyah: (Menganggukkan kepala). “Kalau kamu, Sar?”
Sarah: “Sama kayak kalian.”
Shafa: “Arrgghh. Hmm, kalian bertiga mau jadi Ustadzah?! Kalaua aku, sih, mau jadi  desaigner. Ahli fashion gitu, lho!”
Syifa: “Kalau aku berbeda sama kalian! Aku mau jadi chef yang pintar banget memasak.”
Laila: “Ah, aku juga beda! Aku pengin jadi penulis terkenal!”
Aisyah: “Kalau kamu, Lathifah?”
Lathifah: “Akuuu, mau jadiii, Dokter!”

            Tiba-tiba, segumpal awan hitam menyelimuti langit. Itu tandanya, hujan akan seger turun.

Fatimah: “Ayo, kita pulang! Sepertinya, hujan akan turun!”
Syifa: “Iya! Sampai bertemu besok!”
Semua (kecuali Syifa): “Iya.”

            Mereka pun segera berlari meninggalkan taman, menuju rumah masing-masing. Dan benar saja! Saat mereka sudah sampai di rumah, hujan pun turun sangat deras. Keesokan harinya, saat di tempat Liqo mereka ….

Bu Maryam: “Assalamu ‘alaikum?”
Murid-Murid Liqo: “Wa ‘alaikumussalam, Bu.”
Bu Maryam: “Apa kalian sudah mengerjakan tugas yang Ibu berikan? Tentang cita-cita?”
Murid-Murid Liqo: “Sudah, Buu.”
Bu Maryam: “Nah, kalau kalian sudah semua, Ibu mau tanya sama kalian. Apa cita-cita kalian?”
Fatimah: “Saya mau jadi Ustadzah, Buu.”
Aisyah: “Saya juga mau jadi Ustadzah!”
Sarah: “Saya juga, Buu.”
Bu Maryam: “Yang lain mau jadi apa?”
Laila: “Saya mau jadi penulis terkenal!”
Shafa: “Kalau saya mau jadi desaigner, Bu!”
Syifa: “Aku mau jadi chef!”
Lathifah: “Aku mau jadi dokter, Bu!”
Bu Maryam: “Yaa, cita-cita kalian semua sangat bagus! Kalau kalian ingin mencapai cita-cita itu, kalian harus belajar dengan sungguh-sungguh. Dan tidak lupa, kalian harus berbakti kepada kedua orang tua kalian.”
Murid-Murid Liqo: “Baik, Bu.”

Setelah pulang Liqo …. Di rumah Fatimah ….

Fatimah: “Ummi, Fatimah mau jadi Hafidzoh Qur’an. Apakah Fatimah bisa, Mi?”
Ummu Fatimah: “Kalau sungguh-sungguh, kamu pasti bisa, Nak!”
Fatimah: “Baiklah, Ummi! Fatimah akan bersungguh-sungguh! Aku mau menghafal juz ‘amma dulu, ya, Ummi!”
Ummu Fatimah: “Iya. Ummi gorengin bakwan, ya! Untuk camilan kamu.”
Fatimah: “Iya, Ummi.”
(Ummi pun pergi ke dapur, untuk menggoreng bakwan. Selang beberapa menit kemudian, bakwan pun matang. Ummi menghampiri Fatimah dengan membawa sepiring bakwan).
Ummu Fatimah: “Ini, makan bakwan dulu, Fatimah. Bakwannya sudah matang, nih!”
Fatimah: “Iya, terima kasih, Ummi!”
Ummu Fatimah: “Sama-sama.”

Di rumah Aisyah ….

Aisyah: “Ummi, Aisyah juga mau, dong, jadi Hafidzoh Qur’an seperti Ummi!”
Ummu Aisyah: “Bisa saja, Aisyah. Kamu harus giat belajar, dan menghafal Qur’an, Aisyah.”
Aisyah: “Oke, deh, Mi! Aisyah akan giat belajar dan menghafal Qur’an! Tapii, Ummi juga bantuin Aisyah, ya, Mi! Kan, Ummi Hafidzoh Qur’an ….”
Ummu Aisyah: “Pasti, Aisyah!”
Aisyah: (Tersenyum)

            Fatimah dan Aisyah pun belajar dengan giat. Begitupun dengan teman-temannya. Mereka pantang menyerah untuk mencapai cita-cita mereka.
            Sore itu, Aisyah dan Fatimah sedang menghafal qur’an bersama di rumah Fatimah.

Aisyah: “Oh iya! Fatimah, kamu mau ikut lomba Hafidzoh Cilik enggak?”
Fatimah: “Wah, lomba Hafidzoh Cilik?!”
Aisyah: (Mengangguk). “Ya, kamu mau ikut, tidak? Lombanya sekitar seminggu lagi. Kalau mau ikut, cukup dengan syarat; Berumur 8-13 tahun, dan harus hafal juz ‘amma atau juz 30.”
Fatimah: “Wow, sepertinya seru! Kamu ikut gak?”
Aisyah: “Tentu!”
Fatimah: “Kamu tahu dari mana berita itu?”
Aisyah: “Aku tahu dari Ummiku.”
Fatimah: “Oooh. Lombanya di mana?”
Aisyah: “Di Aula Hafidzoh Cilik Jakarta.”
Fatimah: “Hmm. Ya! Aku ikut, deh!”

Mereka pun mengulang-ulang hafalan juz 30, untuk lomba Hafidzoh Qur’an seminggu lagi. Di rumah Fatimah, Zahra, saudara Fatimah pun menghampiri Fatimah.

Fatimah: (Serius mengulang-ulang hafalan juz 30).
Zahra: “Fatimah, kamu sedang mengulang hafalan juz 30, ya? Untuk apa?”
Fatimah: “Untuk lomba Hafidzoh Qur’an seminggu lagi!”
Zahra: “Ooh, lomba Hafidzoh Qur’an yang terkenal itu, ya??”
Fatimah: “Maksud kamu? Terkenal bagaimana?”
Zahra: “Ya, terkenal! Katanya, itu akan masuk televisi, lho!”
Fatimah: “Wah!”
Zahra: “Iya, katanya, Cuma ada 2 pemenang. Dan masing-masing mendapat 2 paket umroh, dan juga uang tunai!”
Fatimah: “Hei, aku tidak memikirkan hadiahnya! Tapi, kalau 2 paket umroh, sih, aku mau bangett!! Hihihi.”
Zahra: “Iya, deh, yang pasti, tetap semangat, ya! Semoga sukses!”
Fatimah: “Ya! Thank you, Zahra!”
Zahra: “You’re welcome, Fatimah!”

            Tak terasa, hari demi hari telah mereka lalui. Dan hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Ya, hari ini, mereka akan lomba Hafidzoh Qur’an di Aula Hafidzoh Cilik Jakarta. Di Aula Hafidzoh Cilik Jakarta ….

Aisyah: “Ya Allah, mudahkanlah kami dalam menjalani lomba Hafidzoh Cilik nanti, ya Allah!” (Sambil mengadahkan kedua tangannya).
Fatimah: “Amiin.”

            Tibalah saatnya lomba dimulai. Semua peserta duduk di tempat yang telah disediakan. Aisyah mendapat nomor urut 2, dan Fatimah mendapat nomor urut 3. Setelah peserta nomor urut satu selesai, tibalah saatnya Aisyah, nomor urut 2.

Kak Nanda: “Ya, selanjutnya, nomor urut 2!”
Aisyah: (Menaiki panggung).
Kak Nanda: “Oke, Aisyah, tolong bacakan surah Al-Fiil dengan benar!”
Aisyah: (Membaca surah Al-Fiil dengan fasih).
Kak Nanda: “Ya, Alhamdulillah! Bagus sekali, Aisyah!”
Aisyah: (Tersenyum). “Terima kasih.”
Kak Nanda: “Ya. Ayat dari surah apa ini? ‘Wahum ‘alaamaa yaf ‘aluu na bil mukminiina syuhuuud’.”
Aisyah: “Surah Al-Buruuj.”
Kak Nanda: “Ya, bagus sekali! Sekarang, teruskan bacaan ayat dari salah satu surah ini; ‘Fainna ma ‘al usriyusro’.”
Aisyah: “Inna ma ‘al usriyusroo. Faidzaa farogh tafanshob. Wa ilaa robbika farghob.”
Kak Nanda: “Yak! Benar! Silakan turun dari panggung!”
Aisyah: (Turun dari panggung). “Alhamdulillah! Semangat, ya, Fatimah!”
Fatimah: “Iya.”

Kak Nanda: “Peserta nomor 3, silakan naik ke panggung!”
Fatimah: (Naik ke panggung).
Kak Nanda: “Bacakan surah At-Takaatsur dengan benar!”
Fatimah: (Membaca surah At-Takaatsur).
Kak Nanda: “Excelent! Ayat dari surah apakah ini? ‘Ka annahum yauma yarounahaa lam yal batsuuu illaa ‘asyiyyatan audhuhaahaa’.”
Fatimah: “Surah An-Naazi’aat.”
Kak Nanda: “Tepat sekali! Teruskan bacaan ayat ini; ‘Lailatul qodri khoirummin alfisyahr’.”
Fatimah: “Tanazzalul malaa ikatu warruuhufihaa bi idznirobbihimminkulliamr. Salaamun hiya hattaa mathla ‘il fajr.”
Kak Nanda: “Oke. Silakan turun dari panggung!”
Fatimah: (Turun dari panggung, lalu saling tos dengan Aisyah). “Semoga kita menang, ya!”
Aisyah: “Iya. Amiiin.”

            Setelah semua peserta lomba tampil, tibalah saat yang ditunggu-tunggu. Ya, pengumuman pemenang lomba Hafidzoh Cilik.

Kak Nanda: “Ya, langsung saja, saya umumkan pemenangnya! Jadi, 2 pemenang lomba ini adalah …. Aisyah Thia Azzahra dan Fatimah Haira!!”
Fatimah dan Aisyah: “Alhamdulillah!”
Kak Nanda: “Ya, silakan naik ke panggung!”
(Aisyah dan Fatimah mendapat hadiah berupa 2 paket umroh dan uang tunai).

            10 tahun kemudian …. Cita-cita Aisyah, Fatimah, dan teman-teman mereka pun terwujud. Aisyah dan Fatimah menjadi seorang artis, tapi yang hafal qur’an! Lalu, seorang gadis menghampiri Fatimah dan Aisyah yang sedang asyik bercanda tawa di taman.

Najwa: “Wow, hai, Kak! Apakah benar, Kakak berdua inii, Kak Fatimah dan Kak Aisyah?”
Fatimah: “Ya, benar! Ada apa?”
Najwa: “Wah, aku penggemar berat Kakak berdua! Boleh aku minta tanda tangan Kakak berdua?”
Aisyah: “Tentu!”
Aisyah dan Fatimah: (Menandatangani di suatu kertas).
Najwa: “Terima kasih.”
Fatimah dan Aisyah: “Sama-sama.”
(Najwa pun pergi sambil memandangi tanda tangan Aisyah dan Fatimah sambil senyum-senyum).

            Di tengah perjalanan, Aisyah dan Fatimah bertemu Bu Maryam yang sudah terlihat agak tua.

Aisyah: “Assalamu ‘alaikum, Bu Maryam?”
Bu Maryam: “Wa ‘alaikumussalam. Siapa, ya, kalian?”
Fatimah: “Ini kami, Buu, Aisyah dan Fatimah, murid Liqo Ibu yang dulu.”
Bu Maryam: “Oooh, kalian! Waah, kalian hebat sekali! Sudah jadi artis yang hafal qur’an, ya?”
Aisyah: “Iya, Bu. Alhamdulillah.”
Bu Maryam: “Tetap rendah hati, ya! Jangan sombong!”
Fatimah dan Aisyah: “Iya, Bu.”
Fatimah: “Kalau gitu, kita duluan, ya, Bu. Assalamu ‘alaikum.”
Bu Maryam: “Wa ‘alaikumussalam.”

(Aisyah dan Fatimah pun berlalu dari pandangan Bu Maryam).

            Di tengah perjalanan, mereka bertemu teman-teman kecilnya. Seperti Laila, Lathifah, Syifa, Shafa, dan Sarah.

Aisyah dan Fatimah: “Assalamu ‘alaikum.”
Semua (kecuali Aisyah dan Fatimah): “Wa ‘alaikumussalam.”
Laila: “Aisyah, Fatimah! Kalian hebat, lho! Bisa jadi artis yang hafal qur’an!”
Fatimah: “Kamu juga hebat! Kamu sudah menerbitkan 20 buku karyamu sendiri!! Selamat, ya, Laila!”
Laila: “Hehehe. Iya, makasih.”
Fatimah: “Sama-sama.”
Aisyah: “Kamu hebat, Sarah! Sudah bisa seperti Abimu! Hafal Qur’an, dan hafal 30 hadits!”
Sarah: “Makasih. Tapi, jangan memujiku terlalu berlebih. Hehehe. Eh, tapi, Shafa juga hebat, lho! Bisa punya toko baju sendiri! Dan punya cabang! Shafa jadi bosnya, lho! Hebat Shafa!”
Shafa: “Hehehe. Sarah, tapi kamu juga jangan memuji aku berlebih seperti itu.”
Sarah: (Nyengir kuda).
Laila: “Syifa, kamu juga hebat! Sudah berkali-kali aku melihat tayanganmu di tv, lho! Kamu memang Sang Master Chef, ya!”
Syifa: “Hehehe. Makasih. Tapi, Lathifah juga hebat! Dia menjadi dokter di rumah sakit terkenal!”
Lathifah: (Tersenyum malu-malu). “Menurutku, kita semua hebat, kok! Kita semua berhasil meraih cita-cita yang kita impikan selama ini. Dan, itu juga berkat kerja keras kita sekarang ini!”
Syifa: “Ya, seperti pepatah, ‘Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian! Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian!”
Semua: “Yeay! Alhamdulillah!”
(Mereka semua pun berpelukan. So sweet, deh!).


            Begitulah akhir dari cerita ini. Akhir yang sangat membahagiakan. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari cerita ini, ya! Wassalamu ‘alaikum …!

Karya: Shofi Nurul 'Izzati

1 komentar:

  1. Menarik, kak. Ceritanya.Kakak pakar blog, ya? Masalahnya kakak buat blog, banyak banget! Hehehhehe.....

    BalasHapus